Masjid Jami Jember – Jember merupakan kota dengan percampuran dari berbagai budaya. Bahkan, perpaduan itu terasa kental, dari logat bahasa beraksen Madura, Jawa, Bali dan dari berbagai tempat di Nusantara Indonesia. Sehingga, percampuran ini menjadikan Jember mempunyai model budaya tersendiri.
Percampuran budaya yang terjadi pada masyarakat Jember akhirnya berkembang dan membawa dampak pada kehidupan masyarakatnya. Perpaduan itu pula yang turut mengilhami seni arsitektur yang mengarah pada seni modern. Salah satu bukti nyata, yaitu pembangunan Masjid Jami’ Al-Baitul Amien, dengan kubah unik dan artistik.
Sejarah Berdirinya Masjid Al Amien Jember
Masjid Jami Al Amien Jember yang dibangun di atas lahan seluas satu hektar, tahun 1972, pada masa pemerintahan Gubernur Abdul Hadi tersebut mengusung seni modern yang kontras dengan masjid jami’ lainnya. Masjid Jami’ ini tetap memempertahankan arsitektur khas Belanda modern yaitu dengan detail garis tegasnya.
Gaya desain bangunan yang menghabiskan biaya Rp 1 Milyar ini mendobrak seni arsitektur Islam Indonesia yang cenderung bermain di relief, ukiran dan bentuk kubah cungkup atau bulat. Secara keseluruhan bangunan nyaris menonjolkan kubah yang memayungi seluruh bagian dindingnya. Bahkan, bila dilihat sekilas tampak tak berdinding. Sehingga muncul gaya khas yang menyimpan sejuta simbol yang mengarah pada bagian atap masjid.
Menonjolkan Simbol Islami Modern
Barangkali sedikit mengejutkan, mendengar bagunan Masjid Jami’ Al-Baitul Amin merupakan ide cerdas K. Yayin Kesen, salah seorang arsitektur dari Universitas California. Rupanya, sang arsitek ingin melakukan hijrah dari ornamen bergaya ukiran menjadi garis-garis yang hampir menghiasi setiap tiang pada bagian interior masjid.
Melihat perbedaan khas ukiran menjadi garis-garis tegas, tentu mengundang pertanyaan banyak orang. Cukup beralasan, setelah diketahui garis-garis lurus tegas itu menyimbolkan kelurusan iman dan niat para jamaah. Nuansa itupun terasa setiap tiba waktu shalat, banyak jamaah berdatangan.
Apalagi letak strategis masjid di jantung kota, mempermudah masyarakat yang kebetulan refresing shalat lima waktu. Banyaknya jamaah yang datang untuk melaksanakan ibadah, memacu remas menggelar ta’lim yang bekerjasama dengan pesantren-pesantren sekitar kota Jember.
Masih pada bagian interior, simbol Islami juga tersebar pada tiang-tiang yang menopang kubah masjid. Setiap tiang dilapisi kayu jati yang membentuk garis tegas, yang membuat tiang tampak berdiri kokoh. Kekokohan itu, melambangkan kokohnya umat Islam dalam memperjuangkan agama Allah.
Selain itu, tiang-tiang penyanggah itu menyimpan simbol yang tak kalah logis. Tiang-tiang yang terpancang pada bagian kubah utama berjumlah 17. Jumlah tiang itu, melambangkan jumlah rakaat shalat lima waktu yang dijalankan umat Islam.
Pada bagian eksterior, terhampar tujuh buah kubah yang terlihat seperti saling bertumpuk, yang bila diteliti, bentuknya mirip gedung MPR-RI, yang menyimpan keunikan. Bahkan sebagian besar masyarakat menjuluki masjid tersebut dengan sebutan masjid “Masjid Tujuh Kubah”.
Keunikan pada kubah, mendominasi artistik pemandangan masjid secara keseluruhan. Pada setiap bagian pintu masuk, tiang penyanggah luar kubah selalu dirancang lepas ke tanah. Bila dilihat dari kejauhan, tiang-tiang membentuk jalan menuju pintu masjid.
Menurut keterangan remaja masjid setempat, ketujuh kubah itupun dirancang sesuai simbol yang terdapat pada kedekatan antarkubah. Bahkan, tiga di antaranya saling berdempetan. Nah, pada bagian ini tersimpan simbol kemapanan umat Islam yang harus senantiasa mempererat tali silaturahmi.
Interior yang luas dan terdiri dari banyak ruangan, membuat suasana masjid seakan sepi. Karena para jamaah menyebar ke berbagai ruangan. Setiap saat, ruangan-ruangan itu terbuka, sehingga para jamaah bebas masuk ke ruangan manapun, sesuai arah setiap sudut pintu masuk.
Keunikan Mihrab Masjid Jami Jember
Keunikan lainnya terlihat dari mihrab dan mimbarnya. Bangunan mihrab akan terkait dengan mimbar, terdiri dari tiga buah lengkungan yang melukiskan trilogy risalah islam, yakni iman, islam, dan ihsan.
Selain itu, dalam lengkungan mihrab, Al Mukarom KH Achmad Shiddiq menfatwakan agar tulisan ayat Al Quran surat Thaha ayat 14, sedangkan pada mihrab kanan dan kirinya terpampang lafaz Allah dan Muhammad, serta sekeliling kubah dituliskan surat An Nur dimaksudkan agar sebagai petunjuk bagi jamaah masjid itu.
Sementara itu, pada bagian lantai sembahyang utama ditutup dengan marmer Carara yang didatangkan khusus dari Italia. Di sisi lain, pada trap lingkar di halaman digunakan batu bata berongga dari keramik sehingga tampak kokoh.
Bila berkunjung ke Kota Jember, rasanya ada pemandangan indah terlewatkan bila tidak mampir ke Masjid Jami’ Al-Baitul Amien. Pasalnya masjid ini terletak bersebelahan dengan alun-alun kota Jember dan selalu dipenuhi jamaah karena letaknya yang strategis.
Suasana ramai luar biasa, akan terasa saat Ramadhan tiba. Karena masjid terbuka nonstop dan selalu menyediakan ta’jil dan hidangan sahur dan buka puasa tiap hari. Suasana bulan suci itu, mengundang antusiasme warga Jember melaksanakan taraweh dan i’tikaf di dalam masjid.