WONGJEMBER.COM – Monumen atau Tugu di bangun sebagai bukti sejarah dan untuk mengenang jasa para Pahlawan kita yang gugur di medan peperangan melawan pihak penjajah baik itu sebelum kemerdekaan atau sesudah kemerdekaan.
Saat ini banyak generasi muda yang tidak tau mengenai maksud dan tujuan sebuah monumen atau tugu bersejarah di bangun di sejumlah lokasi yang ada di daerah di Indonesia. Padahal monumen ini adalah bukti fisik dari sejarah para pejuang-pejung yang rela mati untuk kemerdekaan Negeri ini yang bisa kita ketahui hingga saat ini.
Bukankah sebagai warga Indonesia kita harus tau tentang sejarah Indonesia sendiri. Bangsa yang kuat adalah Bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah.
Sebagai Warga Negara Indonesia kita juga ikut andil untuk menjaga, merawat dan melestarikan monumen-monumen itu agar tidak rusak termakan usia. Agar anak cucu kita kelak masih bisa mengetahui sejarah perjuangan para Pahlawan Bangsa ini.
Termasuk salah satu monumen yang ada di Kabupaten Jember ini. Monumen Tugu Mastrip ini menjadi bukti sejarah perjuangan tentara muda Indonesia pada kala itu.
Tugu Mastrip – Perjuangan Pemuda Heroik
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sejarah, namun tidak semua sejarah Negeri ini kita ketahui sudah saatnya kita bangkit, bangkit dari segaa kebutaan sejarah.
Mengenal sejarah sangat diperlukan bangsa ini, karena dapat membuka wawasan pengetahuan dan sebagai pembelajaran hidup kedepannya. Salah satu jejak sejarah Indonesia berada di Kabupaten Jember.
Sebuah bukti sejarah tentang monumen Mastrip yang terletak di Desa Panduman Kecamatan Jelbuk kabupaten Jember Jawa Timur.
Mastrip berawal dari kata TRIP, yaitu Tentara Republik Indonesia Pelajar. Benih dari Tentara Republik Indonesia Pelajar adalah BKR Pelajar atau Badan Keamanan Rakyat yang dibentuk pada 22 Agustus 1945. Tentara Republik Indonesia Pelajar dikenal juga dengan nama EX BRIGADE 17 Tentara Pelajar, sementara pihak Belanda menyebut mereka dengan Die Kleintjes TRIP.
Usia rata-rata anggota TRIP antara 12 hingga 20 tahun. Mereka bukan pasukan profesional seperti gurkha, tapi berani bertempur membela bangsanya.
Kemudian apa hubungannya Kata MAS dengan TRIP…? Mas adalah sapaan umum untuk lelaki, biasanya pada yang lebih tua. Sebutan ini populer di Jawa Timur. Untuk menghargai keberanian dan perjuangan para pemuda ini, masyarakat memanggil mereka (para anggota TRIP) dengan sebutan Mas.
Kemudian jadilah sebutan MASTRIP yang pada akhirnya populer di masyarakat. Mereka bermarkas di Pavilyun dari rumah keluarga Soeparman(Boediman) yang tererak di Jl. Yos Sudarso no. 4, Jember.
Kelahiran Mastrip Berawal dari Peristiwa 10 November 1945 di Surabya
Lahirnya MASTRIP juga banyak dipengaruhi oleh sejarah hari pahlawan tanggal 10 November 1945. Sejarah dimulai melalui siaran RRI di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan, Padang, termasuk Surabaya. Semangat para pemuda menggelora memelopori perjuangan untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Bertepatan dengan peristiwa Pidato Ir. Sukarno di lapangan IKADA Jakarta pada tanggal 19 September 1945, di Surabaya terjadi sebuah insiden perobekan bendera Belanda. Peristiwa tersebut dikenal sebagai Insiden Hotel Oranye di jalan Tunjungan.
Pada pertengahan Oktober hingga akhir November 1945, terjadi pertempuran heroik arek-arek Surabaya yang kini dikenang sebagai Hari Pahlawan Nasional.
Sejak peristiwa itu, banyak terbentuk laskar-laskar pemuda. Tidak ketinggalan para siswa membentuk kesatuan-kesatuan tentara pelajar yang kemudian tergabung dalam Brigade XVII.
Sejarah mencatat nama-nama mereka sebagai pahlawan bunga bangsa yang rela mengorbankan harta benda, jiwa, bahkan nyawanya untuk negeri yang mereka cintai, meski kedewasaan belumlah terpancar dari fisik mereka.
Sejarah Pendirian Tugu Mastrip Jember
Monumen Tugu Mastrip Jember dibangun tahun 1965 oleh AMD Marinir. Seperti halnya ciri khas bangunan monumen yang lain, seringkali ada marmer yang berisi teks atau kalimat penjelasan seputar monumen.
Slogan yang ada pada monumen Mastrip ini terinspirasi dari sebuah lagu berjudul ‘Temanku Pahlawan’ yang diciptakan oleh Almarhum Bapak Soewandi. “Perjuangan Kuteruskan Sampai Akhir Zaman”, sebuah kalimat yang terukir di sebuah marmer yang letaknya ada di bawah monumen.
Yang menarik dari monumen Mastrip adalah lambangnya. Helm baja sebagai latar, dan senjata laras panjang yang diletakkan menyilang dengan pena bulu ayam persis. Lambang dari Monumen Mastrip tersebut persis seperti lambang dari baju kehormatan TRIP yang dikenakan saat bergerilya.
Peletakan Tugu Mastrip Jember
Alasan mengapa Tugu Mastrip diletakkan di Desa Panduman adalah karena di tempat inilah terjadi peristiwa perjuangan berupa penghadangan oleh Tentara Repubik Indonesia Pelajar (TRIP) Batalyon 4000 yang dikenal dengan pasukan kukuk beluk terhadap konvoi tentara penjajah yang akan memasuki kota Jember saat Agresi Miiter I tahun 1947.
Namun pada saat itu belum sempat masuk, penjajah sudah tertembak oleh TRIP dari atas dataran tinggi tersebut. Bapak Joko selaku veteran Mastrip pada saat itu mengaku bahwa penghadangan ini dilakukan setiap malam dengan bersembunyi di atas dataran tinggi tersebut. Nama mastrip dijadikan nama jalan di sebuah kota jember hingga saat ini.