Arsitektur Masjid Cheng Ho – Masjid Cheng Ho bagi orang yang belum pernah mendengar atau mengetahui bahwa bagunan itu adalah masjid, mungkin banyak yang akan mengira bahwa bangunan itu adalah sebuah klenteng atau wihara.
Hal ini juga didukung oleh ornamen yang bertuliskan huruf Mandarin yang dipadukan dengan lafadz-lafdz Allah juga, namun sekilas hampir semua bernuansa seperti anda berada di sebuah klenteng. Fokus pertama pada bagian kubah masjid yang berbentuk segi delapan, juga dilengkapi ukiran melingkar yang membentuk lafadz “Allah”.
Sementara itu, rangka atap bagian dalam masjid disusun rapi dengan gaya khas rumah Jawa (usuk). Dinding di dalam masjid juga dilengkapi ornamen kaligrafi arab yang semakin membuat masjid ini benar-benar menjadi sangat unik dan istimewa.
Jadi di masjid ini ada perpaduan tiga budaya, yaitu budaya Cina, Islam, dan budaya Jawa sendiri, hal ini semakin menambah keunikan dari masjid ini.
Berikut adalah penjelasan ornament masjid salah atu contoh masjid Cheng Ho yang ada di Jawa yaitu Masjid Cheng Ho yang ada di Purbalingga.
Masjid yang ada di Purbalingga ini memiliki ornamen yang banyak berikut diantaranya:
1. Ornamen Motif Banji (Swastika) pada Dinding Pagoda
Motif ini merupakan bentuk modifikasi dari angka delapan, dan di gambarkan dengan posisi horizontal. Ornamen geometris motif swastika berada di dinding pagoda paling bawah, tepatnya di atas ventilasi pagoda Masjid Cheng Hoo Purbalingga. (Ramadhan, 2017:101).
Ornamen ini sendiri terlihat sekali budaya Cinanya, namun ornamen ini berada di bangunan masjid. Motif banji atau swastika merupakan motif ornamen Nusantara yang mendapat pengaruh dari Cina (Sunaryo, 2011:27). Hal ini membuktikan bahwa terdapat silang budaya antara budaya nusantara dengan budaya Cina.
2. Arsitektur Masjid Cheng Ho Simbol Bulan dan Bintang
Simbol ini terletak di ujung atap masjid, simbol ini mungkin sudah banyak dikenal di masyarakat umum karena hampir setiap masjid mempunyai simbol ini. Dari sini kita lihat bahwa arsitektur masjid ini tidak serta merta ingin menghilangkan unsur khas yang dimiliki oleh suatu masjid, oleh karena itu diberilah simbol ini untuk memberi informasi bahwa bangunan ini adalah masjid.
Menurut Afrilliani (2015:144) dalam (Ramadhan, 2017:102) , dalam konteks sejarah Islam, asal-usul lambang bulan dan bintang berasal dari lambang yangdigunakan oleh Khalifah Islamiyah terakhir, yaitu kekhalifahan Turki Utsmani. Khalifah ini adalah khalifah yang berkuasa terakhir pada masa kejayaan Islam, oleh karena itu lambang bulan bintang disebut sebagai lambang kejayaan Islam.
3. Plafon (Langit-langit) Pagoda
Plafon ini terlihat berbentuk segi delapan dan ada warna merahnya yang identik dengan budaya Cina yang didominasi oleh warna merah, begitupun warna keseluruhan masjid ini didominasi oleh warna merah pula. Di bagian dalam, pada sisi-sisi langit-langit pagoda Masjid Cheng Hoo Purbalingga terdapat usuk (kayu-kayu kecil) membentuk segi delapan dengan arah memusat.
Usuk ini merupakan budaya asli nusantara, penduduk asli nusantara pasti menggunakan cara seperti ini untuk mendirikan sebuah bangunan. Menurut Damayanti (2016:193) bahwa susunan kayu yang menjadi kerangka bentuk atap adalah usuk. Dari sini dapat kita pahami bahwa dari segi atap ada bentuk silang budaya Cina dengan Jawa.
4. Arsitektur Masjid Cheng Ho Dengan Atap luar bentuk seperti pagoda
Atap ini mempunyai bentuk yang sangat mirip dengan pagoda yang terdapat pada bangunan dari Cina. Meraka mengadaptasi bentuk itu untuk dijadikan sebagai atap masjid dengan arsitektur yang disesuaikan.
Penyesuaian tersebut berupa penambahan ornamen-ornamen yang masih menunjukkan bahwa bangunan ini adalah masjid. Ornamen tersebut seperti simbol bulan bintang di ujung atas atap, penambahan tulisan kaligrafi agar terlihat leih islami dan masih banyak lagi.
5. Ornamen Motif Jalinan Berpadu Bunga
Di antara dua pilar yang membatasi dinding depan riwaqs Masjid Cheng Hoo Purbalingga juga terdapat ornamen. Ornamen tersebut merupakan ornamen geometris berupa jalinan yang terbentuk di dalam sebuah persegi panjang dan terletak di antara dua pilar yang membatasi riwaqs masjid. (Ramadhan, 2017:111). Kembali disini dtunjukkan ornamen khas budaya Cina. Warna yang terdiri dari warna merah dan kuning yang erat sekali dengan Negara Cina, menambah keindahan dari masjid ini.
Begitulah contoh arsitektur dari salah satu Masjid Cheng Ho yang ada di Purbalingga. Sudah dapat kita lihat dan amati bersama bahwa masjid ini merupakan hasil akulturasi dan silang budaya dari tiga budaya sekaligus yaitu budaya Cina, Islam, dan Jawa.
Hal ini menunjukkan bahwa negara kita ini adalah sautu negara yang sangat multikultural, penduduk Indonesia dengan mudah menerima budaya yang masuk ke negaranya namun mereka juga melakukan filter (penyaringan) terhadap budaya apa saja yang sekiranya tidak cocok dengan budaya asli. Maka dari itu kita memiliki banyak budaya yang saling terpengaruh satu sama lain, baik itu dari sesama budaya dari dalam negeri maupun budaya dari luar.