Museum Sejarah Bentoel Malang akhir-akhir ini sedang menjadi salah satu sorotan para wisatawan Malang. Maraknya foto-foto selfie berlatarkan pemandangan museum di sosial media seperti instagram membuat museum ini ramai oleh pengunjung yang didominasi anak muda.
Banyak pengunjung lokal yang datang hanya untuk berfoto-foto di museum saja tanpa menikmati museum lewat edukasi yang disajikan.
Lokasi
Museum Sejarah Bentoel ini merupakan salah satu museum yang berlokasi di Kota Malang, tepatnya di Jalan Wiromargo no. 32 Kota Malang yang dulunya disebut dengan Jalan Petjinan Tjilik.
Untuk mencapai Museum Sejarah Bentoel ini bisa dengan menaiki angkot jurusan AG ataupun LDG yang turun di ujung Jalan Wiromargo sebelah pasar besar karena angkot-angkot tersebut tidak sampai masuk gang. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki memasuki gang Wiromargo sekitar 250 meter.
Awal Mula Museum Sejarah Bentoel
Bangunan Museum Sejarah Bentoel ini dulunya adalah rumah pendiri Bentoel, yakni Ong Hok Liong. Menurut data yang saya dapat dari panduan singkat museum dan buku Sejarah Perusahaan Rokok di Kota Malang, bangunan tersebut dibeli tahun 1925 setelah Ong Hok Liong membuka toko di pasar besar.
Sejak tinggal di rumah itulah Ong Hok Liong mulai mengembangkan usahanya dan tidak hanya sekedar berdagang. Tahun 1930 secara resmi beliau bersama tetangganya Tjoa Sioe Bian mengawali bisnis rokoknya dengan nama Strootjesfabriek Ong Hok Liong yang kemudian menjadi Hien An Kongsie, cikal bakal PT Bentoel.
Modal awal Ong Hok Liong didapat dari menggadaikan perhiasan istrinya dan juga motor utama perusahaan keluarga ketika masa awal.
Ketika manajemen Bentoel masih dikuasai dan dikelola oleh pihak keluarga Ong Hok Liong, rumah di Jl. Wiromargo tersebut bersifat sebagai tempat singgah para anggota keluarga dan saudara Ong Hok Liong dan belum dijadikan sebagai museum. Akses masuk ke rumah tersebut terbatas dan hanya pihak keluarga yang bisa mengaksesnya.
Kondisi mulai berubah ketika PT. Rajawali Wirabakti Utama mengakuisisi Bentoel pada tahun 1991. Masuknya Rajawali menandai era baru perusahaan Bentoel karena untuk pertama kalinya pengelolaan perusahaan tidak lagi dipimpin oleh keluarga Ong (Rusdi et al, 2009: 84).
Bekas rumah pendiri beserta perabotan peninggalannya yang ikut menjadi asset perusahaan juga jatuh ke tangan Rajawali Group. Pihak keluarga tidak lagi berhak untuk memanfaatkan bahkan memiliki bangunan rumah tersebut. Perlahan-lahan pada masa Rajawali tersebut, bekas rumah pendiri mulai direncanakan menjadi museum.
Renovasi menjadi museum tersebut hanya merubah tatanan isi rumah, sedangkan bentuk bangunan serta arsitekturnya masih dipertahankan. Bagian bangunan yang tetap dipertahankan keasliannya hingga sekarang yakni seperti lantai keramik jaman dulu yang berwarna kuning, dinding, pintu dan jendela berbahan kayu dengan desain aslinya.
Sampai sekarang belum ada sumber yang secara jelas menyebutkan tahun berapa bekas rumah pendiri tersebut berubah menjadi museum.
Namun yang jelas pada tahun 2009 ketika Rusdi dan kawankawannya melakukan penelitian tentang sejarah perusahaan rokok di Kota Malang, museum tersebut sudah ada dan aksesnya terbuka oleh public.
Apa Sih Yang Ada Di Dalam Museum Sejarah Bentoel?
Memasuki area Museum Sejarah Bentoel, kita akan melihat 3 bangunan yang berdiri mengelilingi sebuah taman kecil dengan plakat berupa batu keramik besar bertuliskan “Museum Sejarah Bentoel” di tengahnya. Bangunan pertama yang dekat dengan pagar pintu masuk adalah pos satpam. Pos tersebut juga dilengkapi 2 kamar mandi kecil dan sebuah ruang pantry berukuran kecil.
Selain sebagai tempat satpam untuk berjaga, pos satpam juga digunakan sebagai tempat menerima tamu yang berkunjung. Setiap tamu yang datang diwajibkan untuk mengisi daftar kehadiran di sebuah buku.
Disamping pos satpam ada sebuah area yang biasanya dijadikan tempat parkir. Selanjutnya, bangunan kedua terletak di sebelah pos satpam yang biasa disebut dengan tea house.
Menurut panduan singkat tertulis milik museum, tea house tersebut dulunya dimanfaatkan sebagai tempat minum teh oleh Ibu Mariani yang merupakan anak Ong Hok Liong.
Kegiatan minum teh tersebut rutin dilakukan setiap hari jum‟at dan beliau sering mengundang teman-teman, hingga pejabat di Malang untuk meminum teh disini.
Tea house tersebut kini menurut seorang satpam bernama Mbak Lilik, digunakan orang Bentoel untuk mengadakan sebuah rapat. Bangunan ketiga yang merupakan bangunan utama dalam area Museum Sejarah Bentoel adalah museum itu sendiri.